KOMUNIKASI ISLAM
QAULAN BALIGHA
Ocha
Anggraini ( 0101.23.0044 )
Dosen Pengampu
: Dawami, M.I.Kom
Institut
Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai
ochaanggrainianggraini@gmail.com
Qaulan balighan diterjemahkan sebagai ( Perkataan Yang Membekas Pada Jiwa ). Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.
Hamka (1983:jilid v:142) menyebutkan bahwa ungkapan qaulan baligha bermakna ucapan yang sampai pada lubuk hati orang yang diajak bicara, yaitu kata-kata yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat); kata-kata yang membekas pada hati sanubari. Kata - kata seperti ini tentunya keluar dari lubuk hati sanubari orang yang mengucapkannya.
Dari
sudut ilmu komunikasi rahmat (1994:81) mengartikan ungkapan qaulan baligha
sebagai ucapan yang fasih, jelas maknanya, tenang, tepat mengungkapkan apa yang
dikehendaki, karena itu qaulan baligha diterjemahkan sebagai komunikasi yang
efektif.
Efektivitas komunikasi terjadi apabila komunikator menyesuaikan
pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Qaulan Baligha
mengandung arti pula bahwa komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otak
sekaligus, sehingga komunikasi dapat terjadi secara tepat dan efektif.
v
Ayat yang berkaitan dengan Qaulan Baligha
Qaulan
baligha dalam Al-Quran berkaitan dengan perintah Allah untuk Rasulullah agar
berkata jelas (baligh) pada orang-orang munafik, agar dakwah pada mereka
menjadi membekas dan dakwah pada mereka sesuai dengan apa yang telah mereka
pahami.
Dalam Firman
Allah :
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَ عْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْۤ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًاۢ بَلِيْغًا
"Mereka
itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di
dalam hatinya. Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka
nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada
jiwanya." (QS.
An-Nisa' 4: Ayat 63)
v Arti Surah An – Nisa Ayat 63
Dengan melihat ayat Al-Qur’an di atas,
gaya bicara dan pilihan kata saat berkomunikasi dengan orang awam harus berbeda
dengan saat berbicara dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak-anak
TK tentu berbeda dengan berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis,
kita dituntut untuk menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media
massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa.
v Tasir Surah An – Nisa Ayat 63
Ulama
tafsir dalam mengartikan potongan ayat di atas dapat dikatakan senafas dalam
memaknainya ayat tersebut. Mereka memaknai sebagai perintah menasehati
orang-orang munafik dalam semua perkara, yaitu dengan melalui perkataan yang
membekas dalam jiwa mereka atau pesan yang betul-betul sampai kejiwa mereka.
Dengan pesan yang tersebut, diharapkan menghindarkan mereka dari (mengubah)
niat jahat yang ada pada mereka (orang-orang munafik).
v Cerita Hikmah dibalik Surah An – Nisa Ayat 63
Salim A. Fillah menjelaskan bahwa ketika perang Tabuk diserukan, waktu itu musim paceklik. Kaum Muslimin semua memanggil seruan tersebut, kecuali 3 orang, yaitu Kaab Bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Murarah bin rabi‟ dan kaum munafik tentunya. Pada kesempatan ini, istri para munafik tidak mau ketinggalan, menghasud istri-istri kaum muslimin yang berangkat, dengan menakut-nakuti mereka akan kondisi yang sulit. Adapun para istri kaum muslimin tersebut menjawab: “Inna dzahaba akkal,wa baqiya arrazaq “(sesungguhnya yang pergi adalah tukang makan, sedangkan Allah yang memberikan rezeki tetap tinggal). Inilah kalimat yang membekas jiwa. Ada unsur ledekan juga bahwa para suami juga „tukang makan‟, pada hakikatnya, mereka bukan pemberi rizqi & penentu hidupmati. Begitu juga kata-kata ini sebagai sindiran bagi orang munafik, bahwa jika „tukang makan‟ suami mereka (orang mukmin) pergi, maka „tukang makan‟ orang-orang munafik tidak pergi dan tetap di rumah, menghabis-habiskan sediaan paceklik dan rawan, padahal mereka bukan pemberi makan, bukan pula yang menjamin keselamatan.
Bahwa meskipun kita menghadapi segala
kebohongan yang diberikan oleh orang – orang munafik tetapi hendaknya kita
untuk tetap memberikan sebuah perkataan yang dapat membekas dijiwanya agar
ucapan tersebut dapat sampai ke lubuk hati seseorang itu sehingga diharapkan
ucapan tersebut dapat membawa mereka untuk mengubah niat jahat nya.
v Kesimpulan
Ayat ini mengajarkan bahwa keberhasilan
suatu informasi dalam sebuah komunikasi bukan terletak pada panjangnya suatu
informasi, tetapi sejauh mana informasi tersebut atau pesan-pesan yang
disampaikan dapat menyentuh hanti lawan bicara (komunican), sehingga dapat
berbekas dalam hati mereka. Selain itu, dalam memberikan nasehat, seorang
komunikator diharapkan pula memilih kata yang berkesan pada objek bicara.
Dengan demikian, dua hal yang ditekankan agar komunikasi berkesan dan berbekas
dalam jiwa seseorang yaitu bentuk komunikasinya dan pemilihan katanya.

sangat bermanfaat
BalasHapus